PERKEMBANGAN SOSIAL PENGEMBANGAN BAHASA ANAK - Kapten Google

Header Ads

PERKEMBANGAN SOSIAL PENGEMBANGAN BAHASA ANAK

ini, yang ditulis dari perspektif interaksi sosial, memberi pembaca gambaran perkembangan bahasa anak dalam lima tahun pertama kehidupan mereka. Fungsi utama bahasa, menurut Vygotsky (1962), "pada orang dewasa dan anak-anak adalah komunikasi, kontak sosial" (hal.19). Melalui interaksi sehari-hari dengan pengguna bahasa lainnya, anak-anak belajar menggunakan bahasa untuk menyampaikan pesan, mengungkapkan perasaan, dan mencapai maksud yang memungkinkannya berfungsi dalam masyarakat. Muspratt, Luke, Dan Freebody (1997) berpendapat bahwa bahasa yang digunakan oleh anggota masyarakat tertentu mencerminkan nilai dan kepercayaan yang tertanam dalam budaya dan ideologi mereka; Dengan cara yang sama, budaya dan ideologi dominan dalam konteks pembelajaran juga memiliki dampak yang kuat pada persepsi peserta didik terhadap proses belajar bahasa. Dengan kata lain, bahasa adalah alat budaya yang menyediakan sarana bagi anggota kelompok untuk mempertahankan identitas bersama mereka dan saling berhubungan satu sama lain. Melalui proses belajar bahasa, orang tua mensosialisasikan anak-anak mereka ke dalam cara berperilaku, berbicara, dan berpikir secara sosial dan budaya. 

Proses perolehan bahasa untuk anak kecil dibangun berdasarkan berbagai pengalaman. Sejak lahir, orang tua dan perawat melibatkan bayi dalam pertukaran komunikatif. Pertukaran ini menemani kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa dan bayi, seperti mandi, memberi makan, dan berpakaian. Selama kegiatan ini, orang tua dan pengasuh mengomentari tindakan bayi dan sering mengulang dan membesar-besarkan vokalisasi mereka (Fernald & Mazzie, 1991). Pertukaran komunikatif antara orang dewasa dan bayi berfungsi sebagai bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial ini membantu membangun keintiman antara orang dewasa dan bayi, meningkatkan minat bayi terhadap lingkungan mereka, dan memberi mereka stimulasi untuk pengembangan bahasa selanjutnya (Burkato & Daehler, 1995). 

TAHUN PERTAMAMenangis adalah bentuk paling awal dari vokalisasi bayi. Tapi setelah beberapa minggu mengalami bahasa, bayi mulai bersuara selain menangis: mereka ikut berduka. Bayi umumnya mulai mengoceh sekitar satu bulan (Shaffer, 1999). Cooing mengulangi bunyi seperti vokal seperti "oooooh" atau "aaaaah." Bayi coo saat orang tua atau pengasuh mereka berinteraksi dengan mereka. Pada sekitar 3 atau 4 bulan, bayi mulai menambahkan suara konsonan ke dalam cooing mereka, dan mereka mulai mengoceh pada usia antara 4 dan 6 bulan. Mengoceh terdiri dari suara konsonan dan vokal. Bayi mampu menggabungkan suara konsonan dan vokal ini menjadi urutan seperti suku kata, seperti mamama, kaka, dan dadadada (Berk, 2000; Shaffer, 1999). Dengan berinteraksi dengan orang tua atau pengasuh dengan cara membujuk dan mengoceh, bayi mengembangkan rasa peran bahasa dalam komunikasi pada akhir tahun pertama. Keterkaitan antara komunikasi dan sinyal suara membuat permulaan bahasa yang benar (Glover & Bruning, 1987). 

KEDUA DAN KETIGA TAHUNPada awal tahun kedua, muncul kata-kata pertama anak-anak. Kata-kata pertama juga disebut "holofrase" karena kosakata produktif anak-anak biasanya hanya berisi satu atau dua kata sederhana setiap saat, dan sepertinya mereka mengucapkan satu kata untuk mewakili keseluruhan makna keseluruhan kalimat (Shaffer, 1999). Kata-kata pertama anak-anak biasanya sangat berbeda dari ucapan orang dewasa dalam hal pengucapan, dan kata-kata pertama ini paling sering menjadi nominator - label untuk objek, orang, atau peristiwa (Bukatko & Daehler, 1995). Selain itu, kata-kata pertama anak cukup kontekstual. Mereka mungkin menggunakan satu kata untuk mengidentifikasi sesuatu atau seseorang dalam kondisi yang berbeda (seperti mengatakan "ma" saat melihat ibu memasuki ruangan), Untuk memberi label benda-benda yang berhubungan dengan seseorang (katakan "ma" saat melihat lipstik ibu), atau untuk mengungkapkan kebutuhan (katakan "ma" dan pegang senjata karena menginginkan pelukan dari ibu). Pada tahap awal ucapan kata pertama, anak-anak menghasilkan kata-kata dengan perlahan. Namun, begitu mereka telah mencapai kosakata produktif dari sepuluh kata, anak-anak mulai menambahkan kata-kata baru pada tingkat yang lebih cepat, yang disebut "perbincangan kosa kata" (Barrett, 1985). 

Pada ulang tahun kedua mereka, anak-anak mulai menggabungkan kata-kata dan menghasilkan kalimat sederhana (Bukatko & Daehler, 1995). Awalnya, kalimat pertama seringkali merupakan kalimat dua kata, berangsur-angsur berkembang menjadi yang lebih lama. Kalimat pertama anak-anak disebut "pidato telegraf" karena kalimat-kalimat ini menyerupai bahasa telegram yang disingkat. Seperti telegram, Kalimat pertama anak-anak mengandung terutama kata-kata penting, seperti kata kerja dan kata benda, namun menghilangkan kata-kata fungsi, seperti artikel, preposisi, dan kata ganti, kata kerja bantu (Berk, 2000). 

Meskipun kalimat pertama anak-anak nampaknya tidak ilmiah dalam hal standar orang dewasa, namun kalimat-kalimat tersebut lebih dari sekadar gabungan kata-kata acak. Sebaliknya, mereka memiliki struktur sendiri. Karakteristik strukturnya adalah beberapa kata, yang disebut "kata pivot", digunakan dalam posisi yang sebagian besar tetap, dan digabungkan dengan kata-kata lain yang jarang digunakan disebut "kata terbuka", yang dapat dengan mudah diganti dengan kata lain ( Braine, 1976). Misalnya, seorang anak mungkin menggunakan "lebih" sebagai kata pivot, dan menciptakan kalimat seperti, "lebih banyak kue," lebih banyak mobil, "dan" lebih banyak anjing. " 

Kreativitas juga memainkan peran penting dalam tahap kalimat pertama ini. Penelitian telah mengungkapkan bahwa banyak kalimat awal anak-anak, seperti "cookie allgone", dan "lebih banyak dibaca" adalah pernyataan kreatif yang tidak muncul dalam pidato orang dewasa (Shaffer, 1999). Seperti penciptaan kata pertama, konteks memainkan peran penting dalam memahami kalimat pertama anak karena keduanya membutuhkan konteks agar pemahaman dapat terjadi. Karena penggunaan kalimat sederhana oleh anak-anak meningkat, jumlah penggunaan kata tunggal menurun, dan kalimat mereka menjadi semakin rumit dan canggih. (Glover & Bruning, 1987). 

TAHUN PRESCHOOLPada saat anak berusia 3 1/2 sampai 4 tahun, mereka telah memperoleh banyak keterampilan penting dalam pembelajaran bahasa. Mereka memiliki kosa kata kerja yang cukup besar dan pemahaman tentang fungsi kata dalam mengacu pada hal-hal dan tindakan. Mereka juga memiliki komando keterampilan percakapan dasar, seperti berbicara tentang berbagai topik dengan khalayak yang berbeda. Meskipun demikian, perkembangan bahasa, terutama perkembangan kosa kata dan keterampilan berbicara terus berlanjut (Glover & Bruning, 1987). Secara umum disepakati bahwa pembelajaran kosa kata tidak dilakukan melalui pengajaran formal. Sebaliknya, arti kata-kata baru biasanya diperoleh saat anak-anak berinteraksi dengan pengguna bahasa lain yang lebih ahli dalam situasi alam seperti berkuda, makan, dan bermain (Beals & Tabors, 1995). Dari kegiatan ini, anak mampu membangun hipotesis saat mendengar kalimat verbal yang tidak familiar. Mereka kemudian menguji hipotesis ini dengan pengamatan lebih lanjut atau dengan membuat kalimat baru sendiri. Akhirnya, melalui umpan balik dan paparan lebih lanjut, anak-anak merevisi dan mengkonfirmasi hipotesis mereka (Bukatko & Daehler, 1995). 

Perkembangan keterampilan percakapan juga membutuhkan interaksi aktif anak-anak dengan orang lain. Untuk berkomunikasi dengan orang lain secara efektif, anak-anak perlu belajar bagaimana bernegosiasi, bergiliran, dan membuat kontribusi yang relevan dan masuk akal (Schickedanz, Schickedanz, Forsyth, & Forsyth, 1998). Dengan berinteraksi dengan pengguna bahasa lain yang lebih berpengalaman, anak-anak memodifikasi dan menguraikan kalimat mereka sebagai tanggapan atas permintaan informasi lebih lanjut (Peterson & McCabe, 1992). Saat anak berinteraksi dengan teman bermain mereka, Percakapan mereka biasanya mencakup serangkaian dialog pembuka (Glover & Bruning, 1987). Selain itu, anak kecil belajar menyesuaikan pesan mereka dengan tingkat pemahaman pendengarnya (Shatz & Gelman, 1973). 

Pada saat anak-anak masuk sekolah dasar, bahasa lisan mereka sangat mirip dengan orang dewasa (Shaffer, 1999). Mereka telah mengakuisisi elemen sintaksis, semantik, dan pragmatis dasar bahasa ibu mereka. Perkembangan bahasa akan berlanjut, bagaimanapun, dari masa kanak-kanak hingga remaja sampai dewasa. 

KESIMPULAN Singkatnya, pembelajaranbahasa merupakan proses sosial dan perkembangan. Untuk mendapatkan bahasa, anak-anak harus berinteraksi dengan pengguna bahasa lain yang lebih kompeten serta mengeksplorasi berbagai aspek sistem linguistik. Selama tahun-tahun awal belajar bahasa, anak-anak juga menciptakan, menguji, dan merevisi hipotesis mereka mengenai penggunaan bahasa. Orangtua dan pendidik anak usia dini harus memberi kesempatan kepada pelajar muda ini perkembangan bahasa yang sesuai, menawarkan kesempatan bagi mereka untuk bereksperimen dengan berbagai aspek pembelajaran bahasa, dan menghormati kreativitas mereka.

Tidak ada komentar